Panjang Umur dengan Rajin Beres-Beres Rumah

Menjelang lebaran, biasanya orang tidak hanya menyiapkan kue-kue, tetapi juga membersihkan rumah. Jika tak mudik, kunjungan saudara dan tetangga sudah pasti tidak terhindarkan, sehingga merapikan rumah jadi semacam kewajiban agar para tamu nyaman. Setelah lebaran usai, urusan bersih-bersih dan beres-beres rumah pun kembali menanti.

Bagi masyarakat perkotaan yang biasa bergantung pada Pekerja Rumah Tangga (PRT), urusan bersih-bersih rumah ini tentu jadi masalah. Sebab menjelang lebaran, biasanya para PRT libur dan pulang kampung. Satu-satunya cara agar rumah tetap bersih adalah mengerjakannya sendiri.

Mengerjakan pekerjaan bersih-bersih rumah tidak sekadar pekerjaan yang menjemukan dan melelahkan. Namun, di balik kesusahan itu, pekerjaan ini rupanya memiliki dampak kesehatan yang baik untuk usia manula.

Sebuah riset yang diterbitkan Journal of the American Geriatrics Society pada 16 November 2017 lalu menyebutkan bahwa aktivitas ringan seperti bersih-bersih rumah berkorelasi dengan menurunnya risiko kematian bagi wanita usia 63 sampai 99 tahun.

Dari 6.000 manula di Amerika yang melakukan aktivitas ringan seperti itu, risiko kematian menurun hingga 12 persen. Sementara untuk aktivitas sedang seperti bersepeda atau jalan cepat bisa menurunkan risiko kematian hingga 39 persen.

Kepala penelitian tersebut, Profesor Michael LaMonte dari Sekolah Kesehatan Publik dan Profesi kesehatan Buffalo di New York mengatakan pada level tertentu aktivitas fisik para wanita tua bisa menunjang kesehatan. Bahkan meski ada perbedaan ras, usia, perokok atau bukan, obesitas atau tidak, aktivitas fisik itu tetap menunjukan penurunan risiko kematian.

“Melakukan sesuatu itu lebih baik dari pada tidak sama sekali, meskipun aktivitasnya lebih rendah dari rekomendasi panduan batas aktivitas fisik,” kata LaMonte seperti dikutip dari Channel News Asia.

Penelitian ini sudah sesuai dengan pedoman kesehatan publik yang dikeluarkan kementerian kesehatan Amerika. Pedoman kesehatan publik itu memberikan saran aktivitas fisik yang dilanjutkan untuk semua usia.

Anak berusia 6-17 tahun disarankan melakukan aktivitas fisik selama 1 jam sehari. Aktivitas itu termasuk aerobik seperti lari atau bersepeda, peregangan otot seperti angkat beban atau memanjat pohon dan peregangan tulang seperti lompat tali.

Untuk orang dewasa, disarankan melakukan aktivitas fisik selama 5 jam dalam seminggu. Sedangkan untuk manula di atas 65 tahun, disarankan paling tidak selama 1,25 jam hingga 2,5 jam per minggu. Aktivitas itu pun hanya aktivitas ringan.

 

Pembakaran Kalori

Aktivitas ringan itu secara langsung juga berpengaruh pada pembakaran kalori dalam tubuh. Sumbangsih pembakaran kalori setiap aktivitas berbeda-beda. Calorielab.com, sebuah situs pengukur kalori, merilis sejumlah aktivitas bersih-bersih rumah yang punya efek besar pada pembakaran kalori.

Menyapu lantai selama 15 menit, misalnya, bisa membakar 39 kalori. Jika dilakukan selama satu jam, pembakaran kalori bisa mencapai 156 kalori. Mencuci piring sambil berdiri selama 15 menit bisa membakar kalori hingga 22 kalori atau 88 kalori dalam satu jam.

Aktivitas lainnya seperti mengangkat atau memindahkan perabotan ke lantai dua bisa membakar banyak kalori hingga 544 kalori dalam satu jam. Bahkan bermain bersama anak bisa membakar kalori sampai 272 kalori selama satu jam.

Pada dasarnya, aktivitas pembakaran kalori ini adalah proses mengubah lemak menjadi energi. Aktivitas ini bukan hanya cocok dilakukan oleh orang dengan usia tertentu, tapi juga baik dilakukan oleh orang-orang yang kelebihan berat badan dan obesitas.

Aktivitas di rumah ini juga berpengaruh pada penurunan risiko penyakit pada orang-orang obesitas. Obesitas sendiri pada intinya adalah tidak seimbangnya antara asupan kalori dengan aktivitas pembakaran kalori. Seandainya setiap pekerjaan rumah dilakukan sendiri, kemungkinan akan meminimalkan orang menjadi obesitas.

 

Potensi Kerugian Ekonomi karena Obesitas

Di Indonesia, orang dewasa pada usia produktif dengan obesitas berpotensi merugikan ekonomi. Riset perhitungan itu dilakukan oleh tiga orang peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Drajat Martianto, Arnati Wulansari dan Yayuk Farida Baliwati pada tahun 2017.

Penelitian itu mengukur kerugian ekonomi dengan menghitung biaya perawatan kesehatan, nilai ekonomi produktivitas yang hilang akibat kematian, dan nilai ekonomi produktivitas akibat ketidakhadiran kerja.

Hasilnya cukup mengejutkan. Kerugian akibat biaya perawatan kesehatan diperkirakan Rp56,487 miliar per tahun, kerugian akibat nilai ekonomi produktivitas yang hilang Rp1,597 miliar per tahun dan kerugian nilai ekonomi produktivitas yang hilang akibat ketidakhadiran kerja sebesar Rp20,394 miliar per tahun. Totalnya mencapai Rp78,478 miliar per tahun.

“Maka dari itu, penting bagi pemerintah untuk dapat membuat kebijakan yang bersifat promotif sejak dini, di antaranya dengan memasukkan pendidikan gizi dalam kurikulum sekolah, dan adanya regulasi disertai dengan fasilitas yang mendukung gaya hidup sehat,” kata Drajat Martianto seperti dikutip Okezone.com.

Sebelum pemerintah Indonesia membuah regulasi semacam itu, baiknya memulai aktivitas fisik yang bisa meminimalisasi kematian. Bersih-bersih rumah bisa menjadi salah satu cara paling efektif. Aktivitas itu mendatangkan dua keuntungan: rumah bersih dan menurunkan angka kematian.

Sumber:tirto.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *