Min.co.id ~ Jakarta ~ Di tengah derasnya arus informasi digital yang tak terbendung, Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) mengangkat persoalan mendasar yang kerap luput dari perhatian publik kesehatan komunikasi nasional.
Dalam forum diskusi publik bertajuk “Bagaimana Visi Kesehatan Era Prabowo?” yang digelar Sabtu (17/5/2025) di Jakarta, Deputi I PCO Bidang Materi Komunikasi dan Informasi, Muhammad Isra Ramli, menyuarakan urgensi penanganan serius terhadap fenomena Disinformasi, Fitnah, dan Kebencian (DFK) yang dinilainya telah menjadi virus sosial.
“Negara maju dibentuk dari ruang publik yang sehat, di mana diskusi dipenuhi apresiasi dan inovasi. Sementara negara yang tertinggal, justru sibuk dengan konflik, kriminalitas, dan saling mencela,” tegas Isra, berdasarkan hasil analisis big data yang dikembangkan PCO.
Isra menyebut DFK sebagai racun tak kasatmata yang menginfeksi pikiran masyarakat. Ia menegaskan bahwa kondisi ini menciptakan ketidakpastian informasi, memperuncing perpecahan sosial, serta menurunkan kualitas kebijakan karena didasarkan pada opini beracun, bukan pada fakta dan dialog sehat.
“DFK itu seperti penyakit dalam sistem demokrasi. Ia menyusup perlahan dan menggerogoti sendi-sendi kepercayaan sosial,” tambahnya.
Untuk melawan arus negatif tersebut, PCO membentuk unit khusus bernama “Combating DFK” yang memiliki mandat untuk,Mendeteksi dan memetakan penyebaran narasi disinformasi, fitnah, dan kebencian di ruang digital, Menyusun kontra-narasi berbasis data dan edukasi, bukan propaganda, Mengembangkan literasi komunikasi publik, terutama bagi generasi muda dan komunitas digital.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang dalam mendukung ekosistem komunikasi nasional yang sehat, konstruktif, dan produktif.
Isra menekankan bahwa kemajuan sebuah negara bukan hanya dinilai dari indikator ekonomi dan infrastruktur, tetapi juga dari kualitas komunikasinya.
“Ruang publik yang dipenuhi kebencian hanya akan mencetak generasi yang pesimistis, sinis, dan sulit percaya pada institusi negara. Sebaliknya, ruang publik yang penuh apresiasi akan melahirkan generasi inovatif dan kolaboratif,” ujarnya.
Inisiatif ini selaras dengan visi besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk membangun bangsa melalui pendekatan kolaboratif dan inovatif, bukan konfrontatif. PCO berkomitmen menjadikan komunikasi sebagai alat pembangunan, bukan senjata perpecahan.
Isra mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. Ia menekankan pentingnya etika berkomunikasi, terutama di era digital saat setiap orang bisa menjadi produsen informasi.
“Jangan biarkan ruang publik kita diracuni oleh kebencian. Kita butuh narasi yang membangun, bukan yang meruntuhkan,” pungkasnya.(*)
Editor : Redaksi Min.co.id