Tanggul Terbuka Tujuh Tahun, Petani Losarang Menjerit: Solusi Belum Tampak!

Min.co.id ~ Indramayu ~ Para petani di Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, menghadapi dilema panjang akibat tanggul saluran Sungai Saradan yang terbuka selama lebih dari tujuh tahun. Ironisnya, akar masalah ini terkait dengan keberadaan pipa milik Pertamina yang ditanam di bawah tanggul, sehingga perbaikan tak kunjung dilakukan.

Ratusan hektare sawah terendam banjir setiap musim hujan, mengakibatkan kerugian besar bagi petani. Salah seorang petani mengungkapkan kekecewaannya.

“Kami sudah melaporkan masalah ini berkali-kali, bahkan mengajukan proposal ke Pertamina, tapi hasilnya nihil,” ujarnya pasrah.

Pemuda Bergerak, Pemerintah Tinjau Lokasi
Di tengah kelesuan petani, pemuda Desa Santing seperti Akrom mulai bergerak untuk mencari solusi.

“Kami tidak bisa tinggal diam. Sebagai pemuda, kami akan mendukung petani dan mendorong agar tanggul ini segera diperbaiki,” tegasnya penuh semangat.

Camat Losarang, Boy Billy Prima, turut mengambil langkah dengan meninjau lokasi banjir. Menurutnya, tanggul yang terbuka menjadi kendala utama setiap musim tanam.

“Masalah ini tidak bisa diselesaikan sendiri. Perlu koordinasi antara BBWS, Dinas PUPR, dan Pertamina untuk menemukan solusi terbaik,” katanya.

Tanggapan Pertamina Masih Belum Jelas
Namun, ketika dikonfirmasi, pihak Humas Pertamina RU VI Balongan menyatakan bahwa pipa tersebut bukan milik mereka.

“Coba konfirmasi ke Pertamina Patra Niaga atau unit lain. RU VI Balongan tidak terkait dengan masalah ini,” ujar pihak Humas melalui pesan WhatsApp.

Harapan dan Tantangan
Dengan musim tanam yang semakin dekat, petani berharap agar pihak-pihak terkait segera bertindak. Akrom menambahkan, “Kami butuh solusi cepat, bukan janji. Kalau dibiarkan, ini bukan hanya merugikan petani, tapi juga masa depan pertanian di Losarang.”

Permasalahan tanggul ini menjadi gambaran nyata tentang pentingnya sinergi antara pemerintah, BUMN, dan masyarakat. Akankah banjir yang merendam sawah Losarang berakhir, ataukah petani harus menunggu lebih lama lagi?.(*)

Editor : Achmad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *