Min.co.id ~ Magelang ~ Setelah dua kali berpindah lokasi akibat ancaman banjir lahar dingin Gunung Merapi, Candi Lumbung akhirnya kembali ke Desa Sengi, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Situs bersejarah yang dibangun pada abad ke-9 Masehi ini kini menempati lahan baru yang lebih aman, mengakhiri perjalanan panjangnya dari ancaman bencana.
Dari Ancaman Lahar ke Pemindahan Bersejarah
Bencana banjir lahar dingin pada 2010 memaksa Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah untuk menyelamatkan Candi Lumbung. Lokasi aslinya yang hanya 50 sentimeter dari tebing aliran Sungai Pabelan menjadi terlalu berisiko. Pada 2011, candi ini dipindahkan ke Dusun Tlatar, Desa Krogowanan. Namun, keterbatasan lahan sewa di lokasi tersebut mendorong keputusan untuk memindahkan kembali candi ini ke Desa Sengi pada 2023.
“Proses pemindahan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan jangka panjang bagi Candi Lumbung. Lokasi baru ini lebih aman, berada di tanah kas desa, dan tidak lagi bergantung pada sewa,” ujar Eri Budiarto, Ketua Tim Pemindahan.
Proses Pemindahan yang Rumit
Pemindahan dilakukan secara manual dengan melibatkan sekitar 30 pekerja dan ahli arkeologi. Setiap batu candi diperlakukan dengan hati-hati untuk memastikan keaslian dan integritas strukturnya tetap terjaga. Sebanyak 75% batu asli candi dipertahankan, sementara bagian pondasi diganti dengan material baru untuk meningkatkan stabilitas.
“Pemindahan membutuhkan kesabaran dan kehati-hatian. Tantangan terbesar adalah memastikan batu-batu tetap dalam kondisi baik meskipun proses dilakukan tanpa peralatan modern,” tambah Eri.
Kembali ke Rumah, Dekat dengan Sejarah
Lokasi baru Candi Lumbung tidak jauh dari Candi Asu dan Candi Pendem, dua situs bersejarah lainnya di Desa Sengi. Pada 18 Oktober 2024, upacara Hindu digelar untuk meresmikan kembalinya candi ini, dipimpin oleh pemuka agama lokal.
Kini, Candi Lumbung menjadi simbol perlawanan terhadap tantangan alam, sekaligus pusat edukasi sejarah dan budaya bagi masyarakat setempat. Dengan lokasi yang lebih strategis dan aman, candi ini siap menyambut pengunjung yang ingin menyelami kisah perjuangan dan pelestarian warisan budaya Indonesia.
“Candi Lumbung bukan hanya saksi bisu sejarah, tetapi juga pengingat bahwa melestarikan budaya adalah perjuangan kolektif seluruh bangsa,” ujar Eri, menutup pernyataannya.(*)
Sumber : Indonesia.id
Editor : Achmad