Min.co.id ~ Surabaya ~ Seiring perkembangan teknologi, sektor pembangunan mengalami peningkatan pesat dalam merancang bangunan tahan gempa dan ramah lingkungan.
Menyikapi tantangan ini, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berinovasi dengan menciptakan konsep gedung Eco-Quake, sebuah bangunan tahan gempa yang menerapkan prinsip keberlanjutan.
Ketua tim ASURA ITS, Handika Ardhi Nugraha, mengungkapkan bahwa inovasi ini dirancang untuk optimal menghadapi tantangan gempa bumi yang sering melanda Indonesia.
“Konsep bangunan ini tidak hanya mampu bertahan terhadap guncangan gempa, tetapi juga dirancang dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan agar lebih efisien dalam penggunaan energi dan ramah terhadap lingkungan,” jelasnya dalam rilis humas ITS, Rabu (30/10/2024).
Penerapan Konsep Konstruksi yang Tangguh
Salah satu kunci keberhasilan prototipe gedung ini adalah penerapan konsep Strong Column Weak Beam (SCWB). Tim dari Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS ini menekankan pentingnya kekuatan kolom sebagai elemen utama penopang bangunan, yang berperan krusial dalam menentukan kekokohan struktur.
Inovasi Eco-Quake juga memanfaatkan Self Compacting Concrete (SCC) sebagai material utama struktur. Semen ini dinilai ramah lingkungan karena menggunakan bahan alternatif, seperti cangkang telur dan serbuk granit. Handika menambahkan, SCC memiliki efisiensi tinggi karena mampu memadat dengan cepat dibandingkan beton biasa.
Analisis Lingkungan dan Uji Ketahanan
Selain memilih material, mahasiswa asal Trenggalek ini menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor lingkungan dalam pembangunan struktur tahan gempa.
Analisis terhadap jenis tanah dan risiko seismik di sekitar lokasi pembangunan menjadi krusial untuk stabilitas bangunan saat terjadi gempa. “Dengan mempertimbangkan faktor tersebut, bangunan diharapkan dapat menahan guncangan secara optimal,” tandasnya di Surabaya.
Prototipe yang memiliki dimensi kolom 15 x 15 milimeter dan balok 12 x 8 milimeter telah menjalani uji coba simulasi gempa dengan kekuatan 5,5 Skala Richter. Hasilnya menunjukkan bahwa struktur hanya mengalami simpangan sebesar 2,011 milimeter, menandakan tingkat ketahanan yang baik terhadap guncangan gempa.
Kesuksesan dan Harapan untuk Masa Depan
Dengan desain yang telah terbukti mampu menghadapi tantangan nyata, tim ASURA berhasil bertahan selama pengujian satu menit, meskipun terdapat beberapa kerusakan minor. Keberhasilan ini membuka peluang besar untuk menerapkan teknologi ini pada pembangunan gedung-gedung di daerah rawan gempa di masa depan.
Atas inovasi tersebut, Handika bersama rekan setimnya Bayu Anggoro Sekti meraih juara III dalam Kompetisi Model Bangunan Gedung Beton Pracetak pada gelaran Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia XV 2024. “Kami berharap dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan pembangunan di Indonesia. Semoga ke depan semakin banyak inovasi untuk meningkatkan pembangunan di negeri ini,” tutup Handika penuh harap.(*)
Editor : Achmad