Kerajinan Tenun Badui: Melestarikan Budaya dan Meningkatkan Ekonomi Keluarga

Min.co.id ~ Banten ~ Kerajinan tenun merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai tinggi. Meskipun bukan berasal dari kebudayaan asli Indonesia, kerajinan ini telah melahirkan tradisi yang mendalam dan tersebar di hampir seluruh daerah di nusantara.

Salah satu daerah yang terkenal dengan kerajinan tenunnya adalah masyarakat adat Badui yang terletak di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Sejarah bertenun di Indonesia sudah ada sejak berabad-abad lalu, jauh sebelum adanya pengaruh luar. Awalnya, masyarakat mengenal teknik anyaman dari daun atau serat kayu, yang kemudian berkembang menjadi keterampilan menenun. Dalam perkembangannya, setiap daerah mengembangkan teknik dan motif yang khas, menjadikan kerajinan tenun sebagai cermin kekayaan budaya lokal.

Tenun Badui: Antara Tradisi dan Ekonomi

Di Kampung Kadu Ketug, Desa Kanekes, masyarakat Badui, khususnya para perempuan, telah menjadikan aktivitas menenun sebagai sumber pendapatan ekonomi keluarga. Kegiatan ini bukan hanya menjadi hobi, tetapi juga langkah nyata untuk membantu perekonomian, mengingat bahwa para pria di sana umumnya bekerja di sektor pertanian. Dalam suasana kampung yang kental dengan tradisi, puluhan remaja putri dan perempuan dewasa terlihat asyik menenun di amben rumah sederhana mereka.

Proses pembuatan kain tenun dilakukan secara manual dengan alat tradisional, dan dibutuhkan waktu sekitar tiga hari untuk menyelesaikan selembar kain dengan ukuran 2,5 meter x 2 meter. Harga kain tenun ini bervariasi, mulai dari Rp150.000 hingga Rp700.000, tergantung pada jenis dan motifnya.

Masyarakat Badui memanfaatkan jejaring sosial dan marketplace untuk memasarkan produk mereka, dan wisatawan yang berkunjung ke kampung tersebut juga menjadi pembeli yang signifikan.

Neng, seorang perajin berusia 45 tahun, mengungkapkan bahwa ia dapat menyelesaikan tiga potong kain tenun dalam seminggu, menghasilkan pendapatan hingga Rp3 juta.

Munah, perajin lainnya, bahkan bisa menyelesaikan enam potong per pekan dengan pendapatan mencapai Rp2,5 juta. Keduanya mengakui bahwa usaha kerajinan tenun ini sangat membantu perekonomian keluarga mereka.

Pelestarian Budaya Melalui Keterampilan

Kain tenun Badui memiliki keunikan tersendiri dengan berbagai motif yang sarat makna, seperti poleng hideung, kapitan, dan motif kearifan lokal lainnya. Keberagaman motif ini tidak hanya menunjukkan keindahan visual tetapi juga melambangkan filosofi dan hubungan masyarakat Badui dengan alam.

Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Abdul Waseh, menjelaskan bahwa produk kerajinan tenun Badui merupakan simbol dari kecintaan masyarakat terhadap hutan dan alam. Melalui pameran dan promosi produk, pemerintah setempat berupaya memperkenalkan kerajinan ini lebih luas lagi, sekaligus memberdayakan masyarakat adat.

Masyarakat Badui melestarikan adat dan kearifan lokal melalui keterampilan menenun, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mereka tetap berpegang pada prinsip untuk menjaga alam, yang terlihat jelas dalam motif-motif yang dihasilkan.

Kerajinan tenun Badui bukan hanya sekadar produk ekonomi, tetapi juga merupakan bagian integral dari identitas budaya Indonesia. Melalui kerajinan ini, masyarakat Badui tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga membangun kesejahteraan ekonomi keluarga.

Oleh karena itu, dukungan terhadap pengembangan dan promosi kerajinan tenun sangat penting, baik dari pemerintah maupun masyarakat luas, agar kekayaan budaya ini terus hidup dan berkembang.(*)

Editor : Achmad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *