Cerita di Balik Pengamen Angklung Jalanan di Indramayu

Min.co.id – Indramayu – Kelompok remaja ini baru mulai mengamen sebulan silam. Tepatnya 2 Juni 2021. Sebelum bergabung dalam satu grup, keenamnya, sama-sama pengamen jalanan di kampung halaman mereka.

“Kita belajar alat musik semua ya di sini. Kalau hafal lagu, terus belajar nadanya. Belajarnya ngepasin nada doang,” tutur Irwan, salah satu anggota grup tersebut.

Menurut Agus, yang juga merupakan anggota tersebut mengatakan, mereka biasa memainkan lagu dangdut, lagu Jawa, lagu pop, dan judul-judul lagu lain yang sedang akrab di telinga masyarakat. Beberapa lagu andalannya, antara lain, Turu Ning Pawon yang dipopulerkan Asep kriwil, Secawan Madu, Oplosan dan lain sebagainya.

Sebagai pengamen jalanan, pemuda yang hanya lulusan SD ini mengasah kemampuan seni musik secara autodidak. Selepas sekolah dasar, Yanto memilih bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Pada sela-sela waktu, ia mengamen dari rumah ke rumah dengan sebuah gitar kecil. Jalananlah yang mempertemukan Agus dengan keempat karibnya, yaitu Irwan, Agus, Sigit, Amel, Ipul dan Mamat.

Enam sekawan ini kemudian memutuskan untuk mengamen dengan cara yang sedikit lebih profesional. Agus mengaku, mereka terinspirasi oleh satu kelompok pengamen serupa di Yogyakarta sana. Mereka sepakat menjajal peruntungan di jalan sekeliling Indramayu. Mereka kemudian kredit seperangkat alat musik seharga Rp5 juta.

Lelaki itu menceritakan, pada masa-masa awal mengamen, kelompoknya sempat beberapa kali diusir oleh Satpol PP Indramayu.

“Pernah nyoba di tempat lain, tapi diusir. Makanya, sekarang dengan berkeliling” ujarnya.

Yang membedakan kelompok seniman jalanan ini barangkali adalah kesungguhan dan totalitas mereka. Suara paling dominan adalah angklung, kemudian disahut oleh gambang, ketipung, dan beduk.

Kelompok seniman jalanan ini mampu meraup uang Rp 300 ribu-Rp 400 ribu per hari. Sejumlah orang pun tampaknya memang antusias mendengar rangkaian nada-nada mereka. Terbukti, dalam kurun waktu sebulan, mereka sudah mendapat enam kali panggilan manggung.

“Pas PPKM kemarin jalan ini ditutup, jadi kendaraan juga memutar. Kami terpaksa sementara tidak ngamen. Tapi setelah beberapa hari kami punya kebutuhan, jadi kami putuskan ngamen keliling,” ujar Yanto ketika ditemui sela mengamen. (Vino)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *