Indonesia Berpotensi Jadi Pemain Utama Mobil Listrik

Min.co.id – Pabrik baterai di Karawang rencananya akan menempati lahan seluas 33 hektar dan menyerap 1.000 tenaga kerja Indonesia.

Mimpi Indonesia sebagai pemain utama kendaraan berbasis listrik kian nyata. Bayangkan, negara ini sudah mendapatkan komitmen dari sejumlah pabrikan untuk memproduksi mobil listrik di Indonesia.

Hyundai, Toyota, dan Mitsubishi menilai, kendaraan listrik akan menjadi tren masa depan. Apalagi sebagai negara tropis, Indonesia dinilai sangat cocok bagi kelangsungan bisnis kendaraan listrik, selain tentu dari sisi populasinya tentu menjadi pasar yang menjanjikan.

Tidak hanya produk kendaraannya, piranti pendukung seperti baterai, sangatlah vital bagi kendaraan listrik. Bahkan bisa disebut baterai adalah komponen utama bagi kendaraan listrik. Itulah sebabnya, rencana pendirian pabrik baterai kendaraan listrik milik PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) yang digagas oleh konsorsium LG asal Korea Selatan patut disambut dengan gembira.

Kepastian rencana pendirian pabrik baterai dibenarkan oleh Kementerian Investasi. Menurut Kementerian itu, pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik milik PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) dan Konsorsium LG asal Korea Selatan (Korsel) di Kota Deltamas, Karawang, segera direalisasikan.

Rencananya, pemasangan tiang pancang (groundbreaking) pada pabrik tersebut akan dilakukan dalam waktu dekat. Menurut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, pembangunan hilirisasi industri pertambangan logam tersebut membutuhkan proses yang panjang dan tidak mudah.

Pasalnya, rencana itu melibatkan berbagai stakeholder, baik di dalam maupun luar negeri. “Setelah melalui proses panjang, kami bersyukur proses groundbreaking ini akhirnya akan segera dimulai. Pekerjaan ke depan akan semakin besar untuk membangun industri baterai yang terintegrasi di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Groundbreaking ini merupakan tindak lanjut penandatanganan head of agreements (HoA) atau kesepakatan pokok proyek investasi baterai antara PT Industri Baterai Indonesia dengan Konsorsium LG pada bulan lalu. Total investasi baterai listrik pertama di Indonesia itu mencapai USD9,8 miliar atau sekitar Rp140 triliun (mengacu kurs Rp14.300 per dolar AS).

Industri sel baterai kendaraan listrik ini terintegrasi dengan fasilitas penambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining), serta industri precursor dan katoda. Fasilitas produksi baterai listrik ini akan menjadi yang pertama di Asia dan bahkan di dunia.

Cikal bakal kerja sama antara PT Industri Baterai Indonesia dan Konsorsium LG dimulai pada 2019 ketika Presiden Joko Widodo dan Presiden Korsel Moon Jae In bertemu di Busan, Korsel. Setelah melalui rangkaian proses penjajakan, negosiasi, dan studi, nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) ditandatangani pada 18 Desember 2020 di Seoul, Korsel.

Bahlil menuturkan, negosiasi MoU ini melalui 25 kali revisi dokumen yang dikonsultasikan dengan Menteri BUMN Erick Thohir. “Ini merupakan salah satu proses penyusunan dokumen terpanjang yang pernah dijalankan Kementerian Investasi/BKPM. Setelah itu, perlu 15 kali rapat intensif baik di tingkat pimpinan maupun di tingkat teknis. Kami sangat menghargai dedikasi tim yang luar biasa,” tuturnya.

Saat ini, Kementerian Investasi sedang melakukan finalisasi MoU antara Hyundai guna merampungkan rencana joint venture (JV) pembangunan pabrik baterai sel (cell battery) untuk baterai listrik tersebut. Pabrik tersebut rencananya akan menempati lahan seluas 33 hektar dan menyerap 1.000 tenaga kerja Indonesia.

“Tidak hanya membuka lapangan kerja di daerah, proyek kerja sama investasi ini diproyeksikan menjadikan Indonesia naik kelas dari produsen dan eksportir bahan mentah, menjadi pemain penting pada rantai pasok dunia untuk industri baterai kendaraan listrik,” ujar Bahlil.

PT Industri Baterai Indonesia dibentuk oleh empat BUMN yaitu Mining and Industry Indonesia (MIND ID), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam. Sementara itu, konsorsium LG terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LG International, POSCO dan Huayou Holding.

LG Energi Solution saat ini merupakan salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia. Sedangkan LG Electronics (LG Group) merupakan perusahaan terbesar kelima di Korsel pada 2020 menurut majalah Fortune.

Bila semua itu benar-benar direalisasikan, Indonesia berpeluang menjadi pemain utama di industri kendaraan listrik dan Indonesia memiliki masa depan cerah di industri kendaraan listrik dan derivatifnya. (Sumber: indonesia.go.id)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *