Min.co.id-Bandung-Provinsi Jawa Barat (Jabar) dianugerahi lanskap alam yang indah: Mulai pegunungan sejuk nan asri hingga pantai, air terjun, maupun curug yang memanjakan mata.
Kreativitas warganya pun melahirkan banyak potensi wisata budaya dan buatan. Tak ayal, wisata alam, budaya, hingga buatan itu membuat sektor pariwisata Jabar dikenal dan menarik turis lokal maupun mancanegara.
Kini, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar bersiap menyambut lonjakan wisatawan di libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Namun, libur di pengujung 2019 ini bersamaan pula dengan musim penghujan di Indonesia.
Untuk itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jabar mengimbau wisatawan dan masyarakat umum untuk siaga bencana di momen libur akhir tahun.
“Secara umum, seluruh wilayah Jabar sudah masuk musim hujan, merata sejak minggu lalu. Curah hujan tertinggi pada Januari-Februari, potensi bencana banjir, longsor, dan angin kencang meningkat,” kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Tony Agus Wijaya di acara JAPRI ke-57 di Gedung Sate Kota Bandung, Jumat (27/12/19).
“Masyarakat bersama pemerintah harus antisipasi, di mulai dari bersihkan saluran air di dekat rumah agar air tidak meluap jadi genangan atau banjir, juga antisipasi pohon yang tumbuh miring di lereng bukit,” tambahnya.
Selain itu, Tony juga memaparkan bahwa potensi hujan khususnya di Kota Bandung terjadi pada siang dan sore hari. Dia menyarankan, kegiatan dilakukan pada pagi atau malam hari agar tidak terkendala guyuran hujan.
“Kami sarankan kepada masyarakat, cek info cuaca, potensi hujan, potensi cuaca ekstrem, agar aktivitas menyesuaikan dan lancar,” ucap Tony.
Kasi Rehabilitasi BPBD Provinsi Jabar Adwin Singarimbun sementar itu mengatakan, Jabar memang rawan bencana terutama banjir, longsor, dan puting beliung setiap musim hujan.
Selain pemantauan selama 24 jam dari BPBD dan koordinasi kesiapsiagaan bersama 1.800 personel dari pemerintah, TNI/Polri, hingga relawan, Adwin juga menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat dalam mengantisipasi bencana.
“Kepada masyarakat, kami imbau jangan jadi objek, tapi jadi subjek berdaya. Mereka harus mampu mengurangi risiko bencana di wilayahnya, karena yang terpenting kesiapsiagaan masyarakat,” kata Adwin.
“Itu bisa menyelamatkan mereka dari bencana. Penelitian di Jepang bahkan menyebut kesadaran sendiri berperan 90 persen terhadap keselamatan saat bencana. Jadi masyarakat harus tahu potensi ancaman atau bencana di mana pun,” tegasnya.
Adwin menambahkan, penanggulangan juga dilakukan dengan konsep Pentahelix melibatkan akademisi, media, pebisnis, komunitas, dan pemerintah. “Jika kita bisa mengurangi risiko bencana, dampak bencana juga bisa dikurangi,” ujarnya.
Adapun selain bersamaan musim hujan, libur Nataru dipastikan juga menyebabkan kemacetan panjang di sejumlah titik terutama lokasi wisata di Jabar.
Kasubbid PID Bidang Humas Polda Jabar Abdussalam mengatakan, pihaknya telah menyesuaikan Operasi Lilin Lodaya 2019 dengan situasi dan kondisi terkini.
“Operasi ini diatur sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dinamis di Jabar, seperti jalan baru, objek wisata baru, dan titik baru tempat masyarakat merayakan tahun baru. Jadi strategi berbeda. Ada beberapa kegiatan masyarakat yang spontan dan tiba-tiba, itu kami antisipasi juga,” ucap Abdussalam.
Terkait titik kemacetan di Jabar, lanjutnya, tersebar di wilayah Pangandaran, Ciwidey, serta jalur Puncak. “Pukul 18:00 WIB pada 31 Desember, jalur Puncak dilakukan penutupan dan pengalihan arus sampai pukul 06:00 pada 1 Januari (2020),” ujarnya.
“(Tentang) objek wisata Ciater, mulai masuk Lembang sudah terjadi kemacetan arus lalu lintas lewat jalur normal Subang menuju Jalan Cagak. Masalah di jalur tersebut, terbatas satu jalur tidak ada alternatif pembuangan kemacetan,” kata Abdussalam.
Untuk itu, Polda Jabar memastikan akan menertibkan kantong parkir liar yang mengganggu serta menempatkan petugas di beberapa perempatan yang dianggap rawan.
Sementara untuk pengelolaan arus menuju Kawah Putih Ciwidey, Abdussalam berujar pihaknya menekankan agar tidak ada bus yang naik ke tempat wisata. “Jadi parkir di terminal atau kantong parkir yang disediakan. Kerja sama Polres setempat dengan pengelola wisata, sudah dikoordinasikan untuk menyiapkan kendaraan,” ujarnya.
Abdussalam pun mengatakan, fokus Polda Jabar adalah mengurai kemacetan agar jangan sampai roda kendaraan tidak berputar. “Jadi selama roda berputar, tidak terjadi kemacetan,” katanya.
Operasi Lilin Lodaya 2019 sendiri berlangsung dari 23 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020. Secara nasional, operasi ini melibatkan 191.807 personel gabungan, termasuk Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Pemadam Kebakaran, hingga Linmas.
Sementara SK Siaga Darurat Bencana Banjir dan Longsor bagi 27 kabupaten/kota di Jabar sudah ditetapkan sejak 1 Desember 2019 hingga 30 Juni 2020. Jadi, siap asyik berwisata dengan aman dan siaga?. (Red/Humasjabar)