Min.co.id-Semarang-Sticker antikorupsi ‘Nek Aku Korupsi, Ora Slamet’ yang ditempelkan Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat peringatan hari antikorupsi sedunia (Hakordia) 2019 di mobil-mobil dinas Pemprov Jateng ternyata memiliki makna dalam. Tak hanya sekadar tulisan semata, namun pesan sekaligus doa dalam tulisan sticker tersebut memiliki daya magis tersendiri.
Ketua Perempuan Penghayat Indonesia (Puan Hayati) Jawa Tengah, Dwi Setiyani Utami mengatakan, sticker antikorupsi bertuliskan ‘Nek Aku Korupsi, Ora Slamet’ memiliki makna sangat dalam bagi kehidupan orang Jawa. Kata-kata itu lanjut dia adalah sabda sekaligus doa yang akan memiliki dampak apabila dilanggar.
“Kalau sudah berani menempelkan sticker itu, sebaiknya menjadi orang yang jujur dan tidak korupsi. Karena kalau melanggar, pasti akan ada akibatnya,” kata Dwi, Kamis (12/12/2019).
Kalimat “Nek Aku Korupsi, Ora Slamet’ menurut Dwi adalah sabda dan doa untuk diri sendiri sekaligus orang lain yang membacanya. Apabila ada orang yang berani melanggar dengan melakukan korupsi atau ketidakjujuran, maka akan mendapatkan karmanya.
“Ora Slamet (tidak selamat) itu bisa terjadi di dunia atau di alam kelanggenan,” tegasnya.
Budaya Jawa sendiri lanjut Dwi sangat mengagungkan prinsip kejujuran. Orang Jawa akan selalu berhati-hati dalam bersabda, karena sabda adalah doa yang memiliki karma apabila dilanggar.
Kalimat sticker itu lanjut Dwi, sama dengan slogan dari kewajiban para penganut Penghayat yang tercantum dalam Wewarah Tujuh Sapta Dharma. Wewarah nomor dua berbunyi ‘Kanthi Jujur lan Sucining Ati, Kudu Setya Anindakake Angger-Angger ing Negarane’.
“Keberanian pak Ganjar menyatakan slogan itu, berarti menunjukkan kalau beliau tidak korupsi. Karena kalau sampai korupsi, maka beliau tidak akan selamat. Buktinya sampai sekarang beliau selamat kan?. Kami salut dan suport pak Ganjar yang memiliki prinsip teguh, baik untuk pribadinya dan juga seluruh ASN di Jateng,” tegasnya.
Sementara itu, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Triyono Lukmantoro mengatakan, dari segi komunikasi politik, gaya Ganjar melakukan sosialisasi antikorupsi dengan menempelkan sticker ‘Nek Aku Korupsi, Ora Slamet’ patut diapresiasi. Hal itu mewujudkan komitmen Ganjar untuk tidak melakukan korupsi, baik pribadi maupun secara institusional.
“Sebagai pemimpin tertinggi di Jateng, Ganjar betul-betul menegaskan bahwa apa yang dilakukannya adalah tindakan yang antikorupsi. Sticker yang ditempelkan itu, adalah pernyataan tegas dari komitmen tersebut,” kata dia.
Pemilihan media sticker untuk meneguhkan perlawanan antikorupsi menurut Triyono adalah langkah kecil, namun positif. Menggunakan bahasa Jawa yang mudah dipahami, cara Ganjar tersebut menurut dia cara yang tepat.
“Sticker itu maknanya dalam sekali, kalau saya korupsi, saya tidak akan selamat. Artinya apa, itu adalah pengingat sekaligus doa, kalau korupsi maka tidak akan selamat, bisa kecelakaan, ditangkap aparat hukum atau malapetaka lain. Orang Jawa pasti paham soal ini,” terangnya.
Apalagi, sticker itu ditempelkan Ganjar di mobil-mobil dinas Pemprov Jateng. Menurut Triyono, selain untuk pengendara mobil itu, sticker tersebut dapat menjadi media sosialisasi kepada masyarakat luas.
“Ini langkah kecil, namun patut diapresiasi. Dengan komitmen pak Ganjar dalam memberantas korupsi, saya yakin tulisan di sticker itu tidak hanya tulisan tanpa makna,” pungkasnya.(humas jateng)