Min.co.id-Jakarta-Polisi mengatakan Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh, pasutri yang diduga menjadi pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral, Jolo, Filipina, merupakan warga Sulawesi Selatan (Sulsel). Densus 88 Antiteror saat ini sedang berupaya mengambil DNA keluarga kedua pelaku untuk dicocokan dengan DNA dari jasad pelaku yang disimpan oleh pihak Kepolisian Filipina.
“Warga Sulawesi Selatan. Dari sisi scientific, Densus 88 sudah bekerja sama dengan Kepolisian Filipina. Dari data tes DNA beberapa potongan tubuh yang didapat di TKP, nanti akan dicocokkan dengan pihak keluarga yang ada di Sulawesi,” jelas Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (24/7/2019).
Dedi menyampaikan pasutri ini telah mengikuti program doktrinisasi atau cuci otak yang dilakukan oleh terduga teroris asal Makassar yang saat ini berada di Filipina Selatan, Andi Baso. Pasutri tersebut juga telah menyatakan kesanggupannya untuk melakukan bom bunuh diri.
“Sebelumnya rekam jejak yang bersangkutan juga mengikuti doktrinisasi, brain wash, penanaman nilai-nilai dari paham radikal ekstrim tersebut. Dan ada juga kesanggupan yang bersangkutan untuk menjadi pengantin suicide bomber,” ujar Dedi.
Dedi menerangkan setelah berhasil merekrut pasutri ini, Andi Baso mengabari Saefulah, terduga teroris yang menjadi penampung dana dari jaringan teroris luar negeri. Saefulah kemudian memberikan dukungan dana untuk keberangkatan pasutri itu ke Filipina.
“Pola perekrutannya yang dilakukan oleh Andi Baso ini dan Andi Baso juga menginformasikan ke mastermind-nya, Saefulah. Setelah pasutri siap, maka ada komunikasi dengan jaringan yang ada di Filipina. setelah jaringan Filipina melakukan pemetaan baru mereka dipersiapkan untuk jadi pengantin suicide bomber,” ungkap Dedi.
Rullie dan Ulfah meninggalkan Tanah Air sejak Desember 2018. Dengan dibantu Andi Baso, pasutri ini masuk ke Filipina secara ilegal. Pasutri ini merupakan deportan dari Turki pada Januari 2017 silam.(ntmc/bis)