Min.co.id-Prestasi pemain tunggal putri utama yang belum menjanjikan membuat PBSI mau tak mau harus mendorong para pemain muda untuk bisa naik dan menggantikan peran para senior.
“Memang masih adaptasi, mungkin sebelumnya programnya belum pas, misalnya dengan program lama,Fitriani bisa juara di turnamen super 300, ya mungkin bisa dikombinasikan programnya. Saat ini belum berjalan smooth, ada yang bagus, ada yang kurang. Yang bagus kita ambil, yang kurang, kita mix dan sesuaikan dengan program sebelumnya yang memang bisa masuk ke atletnya,” jelas Susy.
Fitriani memang memperlihatkan penampilan menanjak sejak menjadi juara Thailand Open Januari lalu. Namun penampilan pemain berusia 20 tahun itu justru menurun dan bahkan gagal meraih kemenangan atas pemain yang secara peringkat berada di bawahnya.
Sementara itu, Gregoria Mariska Tunjung digadang-gadang akan menjadi penerus legenda bulutangkis, Susy Susanti, setelah meraih medali emas Kejuaraan Dunia Junior 2017 lalu. Namun fisik yang cukup lemah dan rentan cedera membuat penampilan pemain asal Wonogiri tak mampu maksimal. Maka dari itu, PBSI harus mendorong para pemain muda untuk unjuk gigi dan naik level, seperti yang ditunjukan oleh Sri Fatmawati saat menjadi juara Malaysia International Series 2019 bulan lalu.
“Pemain-pemain muda, kalau bisa naik lebih cepat kenapa tidak? Siapa yang mau dulu deh, yang punya kemauan dulu. Kita lihat seperti Akane (Yamaguchi), yang penting tahan lama, kuat, kalau pemain putri nggak perlu buru-buru cepat matiin (lawan),” ungkap Susy.
Para pemain Pelatnas akan kembali diuji saat tampil di turnamen bergengsi Indonesia Open 2019 World Tour Super 1000 pada 16 hingga 21 Juli mendatang di Istora Senayan Jakarta.
Sumber : Liga Olahraga