Eksistensi Nyerat Rontal Mati Suri Sejak Abad 18 Di Jawa Barat Di Hidupkan Kembali Pada Abad 21 Di SMAN 1 Terisi Indramayu

 

Siswa SMA N 1 Terisi praktik nyerat rontal)
          Siswa SMA N 1 Terisi praktik nyerat rontal

Min.co.id-Indramayu- SMA Negeri 1 Terisi Indramayu kembali memperkenalkan tradisi nyerat Aksara Jawa di rontal atau lontar kepada pesrta didik yang dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 9-10 Maret 2019. Kegiatan tersebut seakan menghidupkan kembali tradisi nyerat atau penulisan rontal atau lontar di Jawa Barat yang berakhir masa eksistensinya pada abad 17 atau abad 18.

Guru mata pelajaran bahasa Indramayu Ray Mengku Sutentra, S.S mengatakan, “Kegiatan nyerat rontal kali ini dilakukan oleh kurang lebih 280 siswa, seluruhnya dari siswa kelas X IPA dan IPS, mereka nyerat atau menuliskan puisi Jawa karya mereka sendiri dengan aksara Jawa di daun rontal kemudian untuk kegiatan nyerat lontar pada tahun berikutnya saya memiliki gagasan bahwa siswa akan ditugaskan untuk menyerat atau salin ulang dengan Aksara Jawa dari manuskrip Babad Dermayu ke daun lontar dan karya mereka akan disimpan di perpustakaan sekolah  sebagai bahan literasi sejarah lokal.

Kegiatan nyerat rontal ini selain pengambilan nilai sebagai ujian praktik pelajaran Bahasa Indramayu juga upaya untuk mengenalkan kembali kepada siswa tentang tradisi nyerat rontal yang berabad-abad lalu pernah dilakukan oleh leluhur mereka serta menanamkan rasa cinta terhadap hasil cipta karsa dan daya para leluhur bangsa ini” jelasnya,

“Sepertinya SMA Negeri 1 Terisi ini untuk wilayah Indramayu  adalah sekolah yang pertama kali melakukan praktik atau mengajarkan nyerat rontal kepada siswanya sejak abad 17 atau 18 yang lalu” tambahnya.

Kegiatan ini juga mendapat tanggapan dari Dr. Rasto, M.Pd ketua MGMP Sejarah SMA Kabupaten Indramayu dan guru mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Terisi mengungkapkan “Praktik menulis di daun lontar dari sudut pandang guru sejarah yaitu peradaban manusia pada awalnya hanya sebuah cerita dari mulut ke mulut atau tradisi lisan, kelemahannya adalah tidak ada sumber tertulis yang bisa diwariskan untuk generasi berikutnya karena cerita kemungkinan bisa terputus pada pemilik cerita ketika dia meninggal dunia.

Kegiatan ini sangat positif untuk mengenalkan kembali kepada siswa tentang tradisi literasi menulis zaman dahulu diantaranya bermedia tulang binatang, kulit binatang, batu atau gua-gua berupa pyxtograp dan salah satunya adalah daun lontar” jelasnya.

Dr. Rasto, Mpd juga menambahkan bahwa berharap ke depan kegiatan seperti ini perlu didukung penuh oleh semua pihak terutama Pemerintah Daerah dan Penggiat Sejarah untuk melestarikan budaya adiluhung.

Andry Herdyana, S.Pd selaku Wakasek Kurikulum juga menyampaikan “Sesuai dengan Visi SMA Negeri 1 Terisi yaitu terwujudnya insan sekolah yang berakhlaq mulia, beriman, berilmu dan beramal untuk kembali sejahtera maka kegiatan nyerat lontar bagian dari ujian praktik pelajaran Muatan Lokal Bahasa Indramayu yang diajarkan di SMA Negeri 1 Terisi ini adalah salah satu langkah nyata dalam meningkatkan kualitas keilmuan akademik terhadap peserta didik SMA Negeri 1 Terisi”.

Dalam pengadaan, pembuatan  media bahan dan alat seperti daun rontal atau lontar, alat tulis pisau pangot atau pengrupak  serta yang membantu mendampingi siswa praktik nyerat lontar didukung oleh Ki Tarka Sutarahardja, Rawin Rahardjo, Kardono, Sudarman, S.Sn dari Yayasan Aksara Jawa Kidang Pananjung (YAJKP) Cikedung Indramayu. (Ray. M.S)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *