Min.co.id, Majalengka – 81 tahun Ajip Rosidi diperingati oleh para generasi muda atau kaum millenial Majalengka dengan menampilkan beberapa acara dan berbagai tampilan di halaman rumah pribadi Ajip Rosidi di Jatiwangi Majalengka, Kamis (31/1).
Ajip Rosidi yang lahir di Jatiwangi, Majalengka, 31 Januari 1938. Seorang sastrawan besar Indonesia yang membuka pandangan terhadap bahasa daerah, Ajip adalah salah satu sosok penting yang memperjuangkan bahasa dan sastra sejak tahun 1950.
Ajip Rosidi berjuang dan berupaya untuk membawa keluar karya sastra sunda agar bisa diakses secara luas, Ajip menulis sejak usianya 13 tahun sudah banyak karya hasil tulisannya yang dikenal secara nasional mulai dari sajak, cerita pendek, roman, drama dan masih banyak karya lainnya lagi yang berbentuk dalam bahasa Indonesia maupun Sunda, bahkan yang diterjemahkan bahasa asing pun sudah banyak.
Menurut Ketua DEKKMA Asikin Hidayat penerus Ajip Rosidi di bidang sastra Sunda di Majalengka tidak banyak, tetapi di bahasa Indonesia cukup baik mulai dari Rais Purwacarita, Oom Somara De uci, dan Asikin Hidayat sendiri adalah contoh penerus sastra Sunda, dan Bahasa Indonesia antaranya Sigit Sulistio, Kijun, Nandang Darana dan masih banyak lainnya.
Bahkan Asikin mengatakan Program regenerasi yang akan dilakukan DEKKMA melalui bidang Aksara, Bahasa dan Sastra yang berbentuk workshop sastra, lomba menulis dan lainnya. Kegiatan sastra di Majalengka terus bergerak walaupun tidak signifikan. Program yang paling dekat adalah Mieling Poe Basa Indung Sadunya (Hari Bahasa Ibu Internasional) dilaksanakan dalam rangka regenerasi.
Tujuannya memperkenalkan bahasa ibu (Bahsa Sunda) kepada generasi muda. Kegiatannya antara lain, workshop menulis Aksara Sunda, Maca Puisi Sunda, Maca Carpon Sunda dan lainnya yang akan selalu di perbuat oleh Dekkma.
Dimata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Majalengka H. Gatot Sulaeman mengatakan bahwa Beliau Ajip Rosidi salah satu tokoh sastra Indonesia yang luar biasa, kita harus dapat meneruskan semangat dan gagasan beliau. Mari kita terus menggiatkan budaya membaca, menulis dan menjadikan ilmu sebagai kebutuhan, pungkas Gatot. (topik)