
Min.co.id, Majalengka – Sebuah karya yang dijalankan oleh seorang warga Majalengka dengan mengambil pasar yang beda dengan yang lain dengan membuat batik rumahan kain kerudung serta pakaian dengan memanfaatkan bahan yang ada dilingkungan rumah sendiri yang berbahan daun dari jenis pohon keras yang dikerjakan dengan apik.
Batik Ecoprint jenis usaha yang digeluti oleh Juju, dengan keberaniannya mengolah bahan sendiri dibantu keluarganya menciptakan bahan-bahan batik kerudung dan kain untuk di buat baju menjadi lebih menarik karena bahannya tanpa kimia karena terbuat secara herbal memanfaatkan kekuatan warna dari daun yang digunakan.
Juju dengan memakai nama brand Juihasan di produknya menjelaskan kepada Min.co.id mengenai pekerjaan yang digelutinya tersebut di tempat pembuatan Batik Ecoprintnya di Ciomas Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka Pada hari Minggu (20/1).
Juju menjelaskan bahwa Eco Printing adalah pembuatan motif pada kain yang menggunakan bahan dari daun jenis pohon keras yang berada dilingkungan sekitar rumahnya, dimana Majalengka terkenal dengan tanaman keras seperti pohon jati, pohon mahoni dan jenis pohon lainnya yang penting jenis dari pohon yang tumbuh besar dan keras katanya.
Dari apa yang didapat dalam kegiatan yang diikutinya Juju memberikan ulasan mengenai kegiatan yang digelutinya adalah Eco Printing dapat menjadi salah satu aktivitas kreatif “Berkarya” sekaligus mengenali lingkungan. Sekalipun sumber utama bahan pewarna dari tumbuhan, namun pada dasarnya ragam bahan lain seperti tanah, batuan, lumpur dan lain sebagainya dapat pula menjadi alternatif untuk dieksplorasi.
Titik tolak Ecoprinting dimulai dengan mengumpulkan ragam bagian tumbuhan untuk dijadikan sumber pewarna dari lingkungan sekitar. Selanjutnya adalah menguji keberadaan “warna” dari ragam bahan yang telah dikumpulkan, pada lembar kain pengujian. Tahap berikutnya, setelah diketahui bahan mana saja yang memiliki kandungan warna, adalah membuat karya Ecoprinting dengan rancangan yang dikehendaki ungkapnya.
Sayangnya menurut Juju kegiatan ini belum banyak di kerjakan oleh yang lainnya, padahal Juju sering mengenalkannya lewat medsos. Coba kalau Pemerintah setempat mau kerjasama untuk menjadi Desa Ecoprint akan lebih bagus karena belum banyak yang menguasai teknis pembuatan dengan bahan alami ini dan nilai jualnya pun sangat pariatif, bagaimana bahan yang akan digunakan mulai dari kain bahan kerudung biasa sampai ke kain sutra bisa digunakan.
Sementara nilainya pun sangat terjangkau seperti kerudung dari mulai Rp. 150.000 dan untuk kain baju batik Ecoprint mulai dari Rp. 500.000 ini sudah sangat terjangkau dengan kualitas batik pewarnaan yang alami jadi harapan Juju ada Pemerintah yang bisa membantu untuk mengembangkan usaha yang sedang dia kerjakan siapa tau jadi ikon Majalengka pungkas Juju. (topik)
Komentar