Min.co.id-Jakarta-Perhimpunan Pendidikan Pancasila dan Demokrasi mengadakan seminar nasional dengan tema “Posisi dan Peran Ulama di Pilpres 2019 Antara Kepentingan Umat atau Kekuasaan”
Seminar ini diadakan di Discussion Room D Hotel, Jakarta Selatan, Pada Kamis (11 Oktober 2018).
Seminar ini dihadiri oleh Wakil Dekan FISIP UIN Jakarta Dr. A. Bakir Ihsan, Dosen Pasca Sarjana UI Dr. M. Nasih, Peneliti Senior LIPI Prof. Dr. Syamsuddin Haris, dan Pengamat Politik Islam Universitas Bhayangkara Ali Asghar.
Pembahasan yang dilakukan kali ini adalah untuk membahas ulama yang terjun ke dunia politik, ulama memiliki jaringan yang kuat dan luas sampai di tingkat desa desa, banyak kyai yang terjun ke dunia politik khususnya pada pilpres 2019.
Posisi ulama dan kya’i terdapat pada dua kubu pilpres 2019, ada dikubu Prabowo – Sandi dan ada juga dikubu Jokowi – Ma’ruf.
Banyak ulama saat ini yang menjadi kya’i panggung, saat ini tidak hanya urusan agama melainkan banyak urusan lain seperti perekonomian dan politik.
Ulama yang berpolitik, jika memanfaatkan gelarnya sebagai ulama untuk melakukan hal buruk maka elektabilitasnya pun juga akan buruk dan terlihat rendah.
Ilmu tinggi, kebijaksanaan, dan punya hak serta wewenang ialah tiga aspek yang harus di miliki jika ulama tersebut ingin terjun ke dunia politik.
Politik islam kali ini ada yang dicurigai yaitu adanya kecenderungan saling serang antar kubu, padahal semua kubu tersebut merupakan kubu kubu politik yang berisi ulama serta kya’i.
Fenomena ini dapat dikaitkan dengan radikalisme, dimana dapat menjadi jebakan bagi kita sendiri.
“Ulama jangan dijadikan senjata untuk melegitimasi hal politik, maka dari itu literasi digital harus di awasi, jangan sampai media sosial menjadi senjata untuk memecah belah ummat”, ujar Syamsudin Haris.
Politisasi agama harus dihindari karna mengancam persatuan di negara ini, praktek politik praktis dapat membentuk sekat sekat yang keras di dalam masyarakat. (Ian)