5 Pemuda Kuningan Lolos Kegiatan KBKM (Kemah Budaya Kaum Muda) 2019

Min.co.id-Kuningan-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengajak kaum muda untuk terlibat langsung dalam pemajuan kebudayaan. Kaum muda menggali permasalahan di dalam Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah di wilayah masing masing dan ditantang menghadirkan solusi pemajuan kebudayaan. Lewat acara Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) yang diselenggarakan pada tanggal 21-25 juli 2019 di pelataran Bumi Perkemahan Candi Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Berkumpulnya kaum muda berusia 18-25 tahun diharapkan akan mampu menjawab berbagai tantangan pemajuan kebudayaan. KBKM merupakan salah satu tindak lanjut dari hasil Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) Tahun 2018. Ide Utama penyelenggaraan KBKM adalah membangun sebuah ekosistem kerja budaya yang meningkatkan interaksi sehat antara pegiat dan pemangku kepentingan kebudayaan.

Pada proses pendaftaran yang diselenggarakan pada tanggal 11 Mei s/d 11 Juni 2019, KBKM 2019 ini diikuti oleh 735 kelompok dengan total 3058 orang peserta dari seluruh Indonesia, setelah dilakukan seleksi hasilnya adalah 561 peserta yang tergabung dalam 133 kelompok dari 28 provinsi. Dalam pembagian kelompok tersebut Terdapat empat kelompok besar dalam KBKM 2019 yang mewakili ide- ide besar yang diharapkan dapat diwujudkan sebagai solusi atas tantangan pemajuan kebudayaan berdasarkan Daftar Masalah Umum Pokok Pemikiran Kebudayaan Daerah ( DMPUPPKD ), yakni terdiri dari kategori :

  1. Purwarupa Aplikasi (46 kelompok)
  2. Purwarupa Fisik (31 kelompok)
  3. Aktivasi Kajian (25 kelompok)
  4. Aktivasi Kegiatan (31 kelompok)

Dari sekian banyaknya peserta yang mengikuti KBKM terdapat satu kelompok mewakili Kabupaten Kuningan, yakni kelompok ‘Sang Hyang Sri’ pada kategori Aktivasi Kegiatan yang terdiri dari 5 anggota, yaitu :

  1. Andressa Noviar Azhari (Universitas Kuningan, prodi Manajemen)
  2. Bagas Bayu Rahman (Universitas Negeri Semarang, prodi Ilmu Geografi)
  3. Didin Misbahuddin (Universitas Indonesia, prodi Arkeologi)
  4. Fahmi Ramdhan (Universitas Kuningan, prodi Desain Komunikasi Visual)
  5. Keke Ismi Oktavianti (Universitas Indonesia, prodi Manajemen)

Pada kesempatan itu mereka mempresentasikan program bernama ‘Seren Taun Milik Bersama‘. Dari program yang mereka susun, program itu bertujuan meningkatan interaksi yang lebih partisipasionis antara masyarakat Kuningan pada

umumnya khususnya kaum muda dengan masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Sunda Wiwitan di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.

”Berangkat dari kecintaan terhadap budaya dan tradisi lokal, kami berkumpul dalam satu kelompok untuk mengikuti ajang Kemah Budaya Kaum Muda. Kami adalah bagian kecil generasi muda Kuningan yang ingin tetap melihat kebudayaan lokal terus hidup dan berkembang dalam dinamika perkembangan zaman.” ujar salah satu anggota kelompok.

Dan terdapat 4 point pokok masalah yang kami temui dalam upacara Adat Seren Taun masyarakat Adat Paseban Tri Panca Tunggal (Masyarakat AKUR Sunda Wiwitan)

  1. Belum optimalnya perlindungan ekspresi budaya masyarakat sehingga pelaku budaya dengan mudah kehilangan hak- hak kebudayaannya dihadapkan dengan persekusi.
  2. Kurangnya interaksi antar budaya yang berbeda di masyarakat
  3. Kurangnya pengelolaan kekayaan wawasan budaya tradisional
  4. Belum optimalnya pemanfaatan kebudayaan untuk penguatan karakter bangsa dan pengayaan identitas budaya yang inklusif.

Harapan kami mengikuti kegiatan tersebut agar pada era revolusi industry 4.0 ini budaya tidak tergerus oleh perkembangan zaman dan tidak dilupakan oleh masyarakat khususnya pemuda- pemuda Indonesia, karena kami yakini maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada pemuda, dan budaya merupakan identitas suatu bangsa, kalau budayanya tergerus oleh zaman maka bangsa tersebut tidak memiliki identitasnya lagi, bahwa bung karno telah menekankan pentingnya

kebangsaan yang berkebudayaan, sebuah bangsa akan berdiri kokoh bila ia memiliki kemandirian dalam bidang ekonomi, kedaulatan dalam bidang politik, dan kepribadian dalam bidang budaya (TRI SAKTI), kepribadian dalam bidang budaya harus digaris bawahi. Sebab, sebuah bangsa tidak akan bisa menciptakan peradabannya sendiri tanpa fondasi kebudayaan yang kuat. Karna peradaban adalah wujud material dan kebudayaan adalah rohnya suatu bangsa. Harapan terbesar kami dari ide utama diadakannya KBKM adalah membawa gagasan dari daerah agar ekosistem kerja budaya antara pegiat dan stakeholder di daerah meningkat dengan interaksi yang sehat demi kemajuan bangsa yang berkepribadian dalam bidang budaya dan menyongsong revolusi industry 4.0 dengan tidak menghilangkan nilai-nilai luhur bangsa. Karena kebudayaan menurut kami tidak melulu soal hal yang usang atau dipersempit hanya sekedar menjaga tradisi dan artefak, tapi kebudayaan

bicara soal nilai-nilai luhur bangsa yang tidak boleh tergerus meskipun zaman terus berubah. Budaya juga sebagai senjata untuk menjawab tantangan zaman.

Dari kegiatan tersebut, kita dibekali untuk memanfaatkan science, technology, engineering, dan mathematic untuk kemajuan budaya. Karena budaya bukanlah suatu yang tradisional saja atau baku saja. Lebih dari itu budaya terus tumbuh dan berkembang. Budaya ada di masyarakat sebagai sesuatu yang organik; yang tetap hidup dan bertahan. Karena menegakkan kepribadian nasional dalam kebudayaan pada hakikatnya adalah mengobarkan patriotisme atau semangat gotong royong dalam kebudayaan dengan ini tidak berarti kita menolak kemajuan dalam menyosngsong perkembangan zaman menghadapi revolusi industry 4.0.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *